Danau Ulak Lia

 Objek wisata di kota Sekayu


Ulak Lia adalah sebuah danau terletak di Kelurahan Soak Baru Kecamatan Sekayu, tepatnya terletak di seberang Kota Sekayu yang berjarak ± 2,5 KM, dengan luas ± 75 Ha. Untuk mencapai lokasi Danau tersebut transfortasi cukup lancar dapat ditempuh melalui jalan darat dengan waktu tempuh ± 20 menit.

Secara umum topografi di sebagian besar wilayah danau merupakan dataran rendah yang tergenang air pasang. Objek wisata ini memiliki daya tarik berupa bentuk danau seperti tapal kuda. Namun, keunikan danau ini hanya dapat dilihat pada waktu tertentu karena sangat tergantung pada hidrologi di wilayah tersebut.
Berkat keunikan dan keindahan perairannya, danau ini mnejadi salah satu incaran wisatawan saat berlibur. Ditempat ini terdapat beberapa pondokan yang bisa digunakan untuk beristirahat dan bersantai. Berlibur bersama keluarga dan berteman sambil menikmati keindahan alam bisa membuat pikiran fresh saat melakukan kembali aktivitas sehari-hari.





Berikut cerita rakyat asal usul danau ulak lia

Dahulu kala, sebelum daerah itu menjadi terkenal seperti sekarang, di sana merupakan perkampungan yang indah permai dan banyak penduduknya. Kehidupan penduduk di kampong itu ialah bertani dan nelayan. Penduduk yang bertani kebanyakan memelihara kerbau, sedangkan yang nelayan kebanyakan memelihara anjing. Kerbau dimanfaatkan untuk membajak sawah, dan anjing dimanfaatkan untuk menjaga rumah di kala nelayan sedang mencari ikan.


Pada suatu hari, tiga anak laki-laki terlihat sedang menggiring kerbau ke hutan untuk digembalakan. Sesampai di hutan mereka melepaskan kerbau-kerbaunya untuk mencari rumput sendiri. Kerbau adalah binatang peliharaan yang jinak, maka tidak akan pergi jauh-jauh kalau di situ banyak rumput yang segar. Sementara kerbau itu memakan rumput dan anak kerbau tidak mau pergi jauh dari induknya, anak-anak penggembala itupun bersama-sama mencari pohon jambu di sekitar itu. Kelihatannya mereka asyik berlomba dan saling berebutan mencari pohon dan buah jambu yang matang.

Terlihat ketiga anak itu berada di suatu pohon jambu yang sedang berbuah lebat. Mereka terlihat sangat asyik memetik buah jambu yang matang, kadang-kadang terdengar tawa mereka yang keras dan kadang-kadang jeritan saat mereka berebutan buah yang besar. Mereka kelihatan riang gembira dan penuh kerukunan dalam berteman.

Terlihat matahari hamper bersembunyi di upuk barat, mereka bertiga bergegas turun dari atas pohon jambu dan segera menggiring kerbau-kerbau mereka pulang ke kandang. Sesampai di kandang mereka menyalakan api buat menghangatkan badan kerbaunya.

Sementara itu yang nelayan baru pulang mencari ikan. Di antaranya Pak Dolla mengajak anak laki-lakinya yang bernama Andana. Andana adalah anak kesayangan Pak Dolla, karena ia patuh terhadap orang tua dan orang tua di sekitarnya.

Lagi pula Andana konon khabarnya memiliki Ilmu Buaya dan bisa menyelam selama empat puluh hari di dalam air. Oleh teman-temannya ia dijuluki Buaya Siluman.


Ketika seperempat menjelang siang, para nelayan bersiap-siap untuk pulang. Pak Dolla dan anaknya Andana juga bersiap-siap untuk pulang. Baru lima belas menit beranjak untuk pulang, tiba-tiba hujan turun dan petir pun saling temak. Karena ketakutan dan ombak yang sangat besar, maka tenggelam/karamlah perahu temannya. Dan Andana berusaha menolong sekuat tenaga. Alhasil orang/temannya selamat, namun ikannya habis.

Saat itu Pak Dolla merasa cemas, jangan-jangan anak dan istrinya di rumah ketakutan dengan mendengar suara petir yang lagi berkelahi. Dan terbayang olehnya jangan-jangan “Lia” anaknya kedinginan karena rumahnya beratapkan langit. Namun Pak Dolla tetap sabar mengayuh perahunya, dan sampailah ia dan teman-temannya di Pelabuhan kota Sekayu, selanjutnya ia menjual ikan hasil tangkapannya dan barulah pulang ke rumah masing-masing.

Saat tiba di depan rumahnya, orang-orang sudah ramai, dalam hati Pak Dolla bertanya “ada apa ini?”, begitu pula dengan Andana. Orang pun menyambut Pak Dolla dengan rasa gembira walau diselimuti dengan rasa sedih.

Selanjutnya dijelaskan oleh Ketua Kampung bahwa penduduk kampung ramai-ramai di tempat Pak Dolla ini barusan mencari putrid bapak yang bernama Lia, sepeninggal bapak ia mandi di danau sampai saat ini dia belum pulang. Mendengar itu Pak Dolla pingsan dan meninggal, begitu juga istrinya dan Andana. Maka saat itu danau tersebut diberi nama Danau “Ulak Lia”.

Sebagaimana kita ketahui danau tersebut selama ini masih merupakan lahan tidur. Oleh penduduk setempat digunakan untuk mincing pada hari-hari libur. Namun pada akhir-akhir ini danau tersebut sudah mendapat perhatian walau pun belum maksimal. Diantaranya sudah dibuat jalan mobil menuju danau tersebut. Dan dalam waktu singkat akan dibangun Kantor Kwarcab Pramuka Kabupaten Musi Banyuasin.
Selanjutnya danau “Ulak Lia” merupakan salah satu dari sekian danau yang ada di Muba yang paling besar dan paling dekat dengan pusat kota. Oleh karena itu, marilah kita lestarikan danau “Ulak Lia” dan kita kenalkan pada dunia.

Kesimpulan: Cerita ini dianggap lagenda karena sebagian masyarakat ada yang percaya dan tidak. Namun penulis beranggapan cerita ini perlu dikembangkan, karena danau tersebut memang benar ada dan diberinama danau Ulak Lia.



Komentar

Lihat Yang Lain