Filsafat Ilmu...
Kata falsafah atau filsafat
dalam bahasa Indonesia merupakan kata
serapan dari bahasa Arab, yang juga diambil dari bahasa Yunani; philosophia.
Philosophia, merupakan kata majemuk dan berasal dari kata-kata (philia
= persahabatan, cinta dsb.) dan (sophia = “kebijaksanaan”). Sehingga
arti harafiahnya adalah seorang “pencinta kebijaksanaan” atau “ilmu”. Kata
filosofi yang dipungut dari bahasa Belanda juga dikenal di Indonesia. Dalam bahasa Indonesia seseorang yang mendalami
bidang falsafah disebut “filsuf” Paling tidak bisa dikatakan bahwa “filsafat”
adalah studi yang mempelajari seluruh fenomena
kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis.
Robert Ackerman “philosophy of science in one aspect
as a critique of current scientific opinions by comparison to proven past
views, but such a philosophy of science is clearly not a discipline autonomous
of actual scientific paractice”. (Filsafat ilmu dalam suatu segi adalah
suatu tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini dengan
perbandingan terhadap pendapat-pendapat lampau telah dibuktikan atau dalam
kerangka kriteria-kriteria yang dikembangkan dari pendapat-pendapat demikian
itu, tetapi filsafat ilmu jelas bukan suatu kemandirian cabang ilmu dari
praktek ilmiah secara aktual.
Lewis White Beck “Philosophy of science questions and
evaluates the methods of scientific thinking and tries to determine the value
and significance of scientific enterprise as a whole. (Filsafat ilmu
membahas dan mengevaluasi metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba
menemukan dan pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu keseluruhan).
A.Cornelius Benjamin “That philosopic disipline which
is the systematic study of the nature of science, especially of its methods,
its concepts and presuppositions, and its place in the general scheme of
intellectual disiplines.
(Cabang pengetahuan filsafati yang merupakan telaah sistematis mengenai ilmu,
khususnya metode-metodenya, konsep-konsepnya dan praanggapan-praanggapan, serta
letaknya dalam kerangka umum cabang-cabang pengetahuan intelektual.)
Michael V. Berry “The study of the inner logic if
scientific theories, and the relations between experiment and theory, i.e. of
scientific methods”. (Penelaahan
tentang logika interen dari teori-teori ilmiah dan hubungan-hubungan antara
percobaan dan teori, yakni tentang metode ilmiah.)
May Brodbeck “Philosophy
of science is the ethically and philosophically neutral analysis, description,
and clarifications of science.” (Analisis yang netral secara etis dan
filsafati, pelukisan dan penjelasan mengenai landasan – landasan ilmu.
Peter Caws “Philosophy of science is a part of
philosophy, which attempts to do for science what philosophy in general does
for the whole of human experience. Philosophy does two sorts of thing: on the
other hand, it constructs theories about man and the universe, and offers them
as grounds for belief and action; on the other, it examines critically
everything that may be offered as a ground for belief or action, including its
own theories, with a view to the elimination of inconsistency and error.
(Filsafat ilmu merupakan
suatu bagian filsafat, yang mencoba berbuat bagi ilmu apa yang filsafat
seumumnya melakukan pada seluruh pengalaman manusia. Filsafat melakukan dua
macam hal : di satu pihak, ini membangun teori-teori tentang manusia dan alam
semesta, dan menyajikannya sebagai landasan-landasan bagi keyakinan dan
tindakan; di lain pihak, filsafat memeriksa secara kritis segala hal yang dapat
disajikan sebagai suatu landasan bagi keyakinan atau tindakan, termasuk
teori-teorinya sendiri, dengan harapan pada penghapusan ketakajegan dan
Kesalahan.
Stephen R. Toulmin “As a discipline, the philosophy
of science attempts, first, to elucidate the elements involved in the process
of scientific inquiry observational procedures, patens of argument, methods of
representation and calculation, metaphysical presuppositions, and so on and
then to veluate the grounds of their validity from the points of view of formal
logic, practical methodology and metaphysics”.
(Sebagai suatu cabang ilmu,
filsafat ilmu mencoba pertama-tama menjelaskan unsur-unsur yang terlibat dalam
proses penyelidikan ilmiah prosedur-prosedur pengamatan, pola-pola
perbinacangan, metode-metode penggantian dan perhitungan, pra-anggapan-pra-anggapan
metafisis, dan seterusnya dan selanjutnya menilai landasan-landasan bagi
kesalahannya dari sudut-sudut tinjauan logika formal, metodologi praktis, dan
metafisika).
Fungsi Filsafat Ilmu
- Sebagai alat mencari kebenaran dari segala fenomena yang ada.
- Mempertahankan, menunjang dan melawan atau berdiri netral terhadap pandangan filsafat lainnya.
- Memberikan pengertian tentang cara hidup, pandangan hidup dan pandangan dunia.
- Memberikan ajaran tentang moral dan etika yang berguna dalam kehidupanMenjadi sumber inspirasi dan pedoman untuk kehidupan dalam berbagai aspek kehidupan itu sendiri, seperti ekonomi, politik, hukum dan sebagainya.
Sejarah
Perkembangan Filsafat Ilmu
Pengertian pokok mengenai filsafat ilmu adalah (1) upaya
spekulatif untuk menyajikan suatu pandangan sistematik serta
lengkap tentang seluruh
realitas, (2) upaya untuk melukiskan hakikat realitas akhir dan dasar serta
nyata, (3) upaya untuk menentukan batas-batas dan jangkauan pengetahuan: sumbernya,
hakikatnya, keabsahannya, dan nilainya. (4) penyelidikan kritis atas
pengandaian-pengandaian dan pernyataan-pernyataan yang diajukan oleh berbagai
bidang pengetahuan dan (5) Disiplin ilmu yang berupaya untuk membantu Anda
melihat apa yang Anda katakan dan untuk mengatakan apa yang Anda lihat
Dewasa ini, kita dapat melihat
akan adanya dominasi
”cara berpikir”yang dilakukan oleh para pemikir barat. Penguasaan tersebut
telah menguasai hampir seluruh dunia; karena barat telah berhasil mengembangkan
teknologi, kebudayaan sekaligus peradabannya. Bagi negara berkembang
ketergantungan akan dominasi barat sangat kentara sekali, apalagi dilihat dari kacamata filsafat, barat
berhasil dalam mengembangkan dan menanamkan ”cara berpikirnya”. Sebetulnya
pemikiran-pemikiran barat pada hakekatnya berupa tradisi pemikiran yang
diambil dan dilahirkan di
zaman Yunani kuno.
Objek material filsafat ilmu
adalah ilmu dengan segala gejalanya manusia untuk tahu.
Objek formal filsafat ilmu adalah ilmu atas dasar tinjauan filosofis, yaitu secara ontologis, epistemologis, dan aksiologis dengan berbagai gejala dan upaya pendekatannya.
Objek formal filsafat ilmu adalah ilmu atas dasar tinjauan filosofis, yaitu secara ontologis, epistemologis, dan aksiologis dengan berbagai gejala dan upaya pendekatannya.
Ilmu filsafat memiliki obyek material dan obyek formal. Obyek material adalah apa yang dipelajari dan dikupas sebagai bahan (materi) pembicaraan. Objek material adalah objek yang di jadikan sasaran menyelidiki oleh suatu ilmu, atau objek yang dipelajari oleh ilmu itu. Objek material filsafat illmu adalah pengetahuan itu sendiri, yakni pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) pengetahuan yang telah di susun secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu, sehingga dapat di pertanggung jawabkan kebenarannya secara umum.
Obyek formal adalah cara pendekatan yang dipakai atas obyek material, yang sedemikian khas sehingga mencirikan atau mengkhususkan bidang kegiatan yang bersangkutan. Jika cara pendekatan itu logis, konsisten dan efisien, maka dihasilkanlah sistem filsafat ilmu.
Filsafat berangkat dari pengalaman konkret manusia dalam dunianya. Pengalaman manusia yang sungguh kaya dengan segala sesuatu yang tersirat ingin dinyatakan secara tersurat. Dalam proses itu intuisi (merupakan hal yang ada dalam setiap pengalaman) menjadi basis bagi proses abstraksi, sehingga yang tersirat dapat diungkapkan menjadi tersurat.
Dalam filsafat, ada filsafat pengetahuan. “Segala manusia ingin mengetahui”, itu kalimat pertama Aristoteles dalam Metaphysica. Obyek materialnya adalah gejala “manusia tahu”. Tugas filsafat ini adalah menyoroti gejala itu berdasarkan sebab-musabab pertamanya. Filsafat menggali “kebenaran” (versus “kepalsuan”), “kepastian” (versus “ketidakpastian”), “obyektivitas” (versus “subyektivitas”), “abstraksi”, “intuisi”, dari mana asal pengetahuan dan kemana arah pengetahuan.
Pada gilirannya gejala ilmu-ilmu
pengetahuan menjadi obyek material juga, dan kegiatan berfikir itu (sejauh
dilakukan menurut sebab-musabab pertama) menghasilkan filsafat ilmu pengetahuan.
Kekhususan gejala ilmu pengetahuan terhadap gejala pengetahuan dicermati dengan
teliti. Kekhususan itu terletak dalam cara kerja atau metode yang terdapat
dalam ilmu-ilmu pengetahuan.
Jadi, dapat dikatakan bahwa Objek formal adalah sudut pandang dari mana sang subjek menelaah objek materialnya. Yang menyangkut asal usul, struktur, metode, dan validitas ilmu . Objek formal filsafat ilmu adalah hakikat (esensi) ilmu pengetahuan artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatian terhadap problem mendasar ilmu pengetahuan, seperti apa hakikat ilmu pengetahuan, bagaimana cara memperoleh kebenaran ilmiah dan apa fungsi ilmu itu bagi manusia.
Objek Formal Ilmu Ekonomi
Objek Formal Ilmu Ekonomi ialah
aspek kebutuhan material manusia dalam konteks sosialnya. Ekonomi berpusat pada
penggunaan sumber dan benda ekonomi secara lebih efektif dan efisien
berdasarkan kalkulasi yang bertanggung jawab, umpamanya pola konsumsi
masyarakat.
Ilmu ekonomi merupakan bagian
dari ilmu-ilmu sosial dan memiliki obyek formal sama dengan obyek formal
ilmu-ilmu sosial lainnya. Adapun obyek material ilmu ekonomi terkait dengan
bagaimana manusia melakukan pilihan dalam memenuhi kebutuhan.
Sebagai bagian dari ilmu sosial,
ilmu ekonomi memiliki objek formal yang sama dengan ilmu sosial lainnya.
Kosasih Djahiri (Dalam Sadeli, 1999:2) mengatakan bahwa; “salah satu program
pendidikan IPS adalah yang secara kognitif melatih dan membekali anak didik
dengan conceptual-knowledge yang layak, kemampuan berfikir dan memecahkan
masalah dan secara metacognitive awareness and skill membekali kemampuan
penalaran dan belajar yang luas, begitu pula dengan pelajaran ekonomi, siswa diharapkan
mampu menerapkan konsep dan teori ekonomi dalam menghadapi permasalahan ekonomi
dalam kehidupan sehari-hari. Samueson (2004) menjelaskan bahwa ilmu ekonimi
memang berkaitan dan sangat sangat berdekatan dengan ilmu-ilmu sosial seperti
ilmu politik, psikologi, sejarah, dan antropologi adalah ilmu-ilmu sosial yang
sering bertumpang tindih debgab apa yang dipelajari oleh ilmu ekonomi. Tetapi
keterkaitan antar disiplin ilmu dalam bidang ekonomi merupakan fakta yang perlu disusun dan diatur dengan tujuan
untuk pengembangan dan pengujian teori ekonomi itu sendiri.
Ilmu sosial merupakan tinjauan
ilmiah yang membahas gejala-gejala yang muncul dalam kehidupan sosial insani.
Berdasarkan pengalaman sehari-hari, kita menyadari bahwa gejala sosial itu
bermacam-macam coraknya. Atau bias juga, satu gejala sosial mengandung beberapa
yang kompleks. Akibatnya, ilmu pengetahuan sosial harus terbagi lagi menjadi
beberapa cabang ilmu.
Ada tiga aspek yang membedakan ilmu ekonomi dengan ilmu lainnya, yakni ontologi, epistemologi, dan aksiologi.
Ada tiga aspek yang membedakan ilmu ekonomi dengan ilmu lainnya, yakni ontologi, epistemologi, dan aksiologi.
1. Ontologi
Ontologi ialah hakikat apa yang dikaji atau ilmunya itu sendiri. Ontologi adalah pembahasan tentang hakekat pengetahuan. Ontologi membahas pertanyaan-pertanyaan semacam ini: Objek apa yang ditelaah pengetahuan? Adakah objek tersebut? Bagaimana wujud hakikinya? Dapatkah objek tersebut diketahui oleh manusia, dan bagaimana caranya?
Sebagai contoh, bagaimana kita mendefinisikan manusia, maka berbagai penegertianpun akan muncul pula. Contoh : Siapakah manusia iu ? jawab ilmu ekonomi ialah makhluk ekonomi. Ilmu Ekonomi dibagi dalam 3 bagian utama : eonomi makro, ekonomi lingkungan, dan ekonomi pedesaan.
Ilmu ekonomi mempunyai perebidaan dengan ilmu social lainnya, yaitu terletak pada objek materialnya dimana ilmu ekonomi memiliki inti permasalahan yaitu kelangkaan. Sehingga objek ilmu ekonomi adalah mempelajari bagaimana manusia melakukan pilihan dari adanya kelangkaan sumber daya ekonomi untuk digunakan dalam pemenuhan kebutuhan untuk kegiatan konsumsi maupun produksi. Dari permasalahan di atas jelas bahawa permasalahan ekonomi timbul karena adanya kebutuhan yang jumlahnya tak terbatas sedangkan alat-alat pemuas kebutuhan adanya terbatas.
Ilmu ekonomi ekonomi memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dengan ilmu lain. Ilmu ekonomi tidak diciptakan secara mendadak tetapi berkembang melalui suatu proses yang panjang. Ilmu ekonomi dianggap sebagai suatu disiplin ilmu yang baru mulai tahun 1776, yaitu sejak ditulis dan diterbitkannya buku yang terkenal yang berjudul : The Wealth Of Nation tahun 1776 karya adam smith. Sejak saat itu ekonomi sebagai ilmu mengalami perkembangan yang begitu pesat dari waktu ke waktu. Bahkan sekarang ilmu ekonomi berkembanag tidak hanya kearah kualitatif juga kearah yang kuantitatif sehingga dikenal juga cabang ilmu ekonomi yaitu ekonometrika.
2. Epistimologi
Yang dimaksud dengan epistimologi ialah bagaimana mendapatkan pengetahuan yang benar.
Epistemologi adalah pembahasan mengenai metode yang digunakan untuk mendapatkan pengetahuan. Epistemologi membahas pertanyaan-pertanyaan seperti: bagaimana proses yang memungkinkan diperolehnya suatu pengetahuan? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan yang benar? Lalu benar itu sendiri apa? Kriterianya apa saja?
Karakteristik metode yang digunakan untuk mendapatkan pengetahuan dalam bidang ekonomi adalah:
1. Mata pelajaran ekonomi berangkat dair fakta atau gejala yang nyata. Kemyataan menunjukan bahwa kebutuhan manusia tidak terbatas, sedangkan sumber-sumber ekonomi sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan jumlahnya terbatas/langka. Tidak terbatasnya kebutuhan manusia dan kelanggkaan sumber ekonomi tersebut dapat dijumpai di mana-mana. Ilmu ekonomi mampu menjelaskan gejala –gejala tersebut, sebab ilmu ekonomi dibangun dari dunia nyata.
2. Mata pelajaran ekonomi mengembanagkan teori-teori untuk menjelaskan fakta-fakta secara rasional. Agar manusia mampu membaca dan menjelaskan gejala-gejala ekonomi secara sistematis, maka disusunlah konsep dan teori ekonomi menjadi bangunan ilmu ekonomi. Selain memenuhi persayaratan sistematis, ilmu ekonomi juga memenuhi persayaratan keilmuan lain yang objektif, dan mempunyai tujuan yang jelas.
3. Umumnya analisis yang digunakan dalam ilmu ekonomi adalah metode pemecahan masalah.
4. Metode pemecahan masalah cocok untuk digunakan dalam analisis ekonomi sebab objek dalam ilmu ekonomi adalah permasalahan dasar ekonomi.
5. Inti dari ilmu ekonomi adalah alternative terbaik. Apabila sumber ekonomi keberadaannya melimpah, maka ilmu ekonomi tidaklah diperlukan bagi kehidupan manusia. Demikian juga dengan penggunaan sumber ekonomi sudah tertentu (tidak digunakan secara alternative ), ilmu ekonomi juga tidak digunakan lagi.
6. Lahirnya ilmu ekonomi karena adanya kelangkaan sumber pemuas kebutuhan manusia.
Metode penelitian disiplin ekonomi
1. Analisis data secara matematik dan statistic dari pemerintah atau dokumen lain (misalnya, GNP, angka penganguran, tingkat kebutuhan dasar, sensus)
2. Survey (dari pendapat umum)
3. Study kasus
4. Pengembangan dan pengujian model secara teoritis
5. perbandingan antar bangsa
6. kontruksi table, bagan dan grafik
7. penghitungan rasio dan presentase
8. penghitungan jumlah indeks (indeks harga, dsb)
9. penghitungan rata-rata dan distribusi tentang rata-rata (seperti, rata-rata median dan aritmatik)
3. Aksiologi
Aksiologi ialah menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu. Ilmu tidak bebas nilai. Artinya pada tahap-tahap tertentu kadang ilmu harus disesuaikan dengan nilai-nilai budaya dan moral suatu masyarakat; sehingga nilai kegunaan ilmu tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat dalam usahanya meningkatkan kesejahteraan bersama, bukan sebaliknya malahan menimbulkan bencana.
Teori ekonomi mengatakan karena banyaknya utang luar negeri jatuh tempo (harus dibayar), hutang itu harus dibayar dengan dolar, maka banayak sekali orang yang memerlukan dolar, karena orang banyak membeli dolar harga akan naik dalam rupiah.
Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa Dalam pembelajaran ekonomi yang akan dikembangkan dalam pembelajaran ekonomi sebagaimana pendapat (Nursid Sumaatmaja; 1980:36) sebagai berikut : sikap hemat, sikap atau kebiasaan membandingkan harga jika belanja, kesadaran akan kualitas dalam berbelanja, sikap bertanggung jawab atas perbuatan sendiri, sikap rasional ilmiah, sikap memecahkan masalah, tekun, belajar yang baik, sportif, dan berjuang gigih.
Nilai-nilai ekonomi yang harus dikembangkan dalam proses pembelajaran ekonomi adalah: energik, inisiatif, hemat, produktif, menabung, kerja keras, orientasi laba, berani mentganbil resiko, tabah, mempunyai motivasi yang tinggi dan pantang menyerah.
Komentar
Posting Komentar